Cerita Rakyat. Sobat SE kali ini admin akan sedikit mengembangkan informasi mengenai dongeng rakyat yang sangat terkenal di indonesia. Sebalum membahas mengenai apa saja certa rakyat yang terkenal di indonesia, alangkah baiknya kita harus mengentahui dulu apa pengertian dongeng rakyat itu, yuk mari kita simak ulasan diberikut ini:
1. Pengertian dongeng rakyat
Cerita rakyat yakni dongeng yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam meliputi kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, dongeng rakyat mengisahkan perihal suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam dongeng rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, insan maupun dewa.
2. Ciri-ciri Cerita rakyat
- Disampaikan turun-temurun.
- Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
- Kaya skor-skor luhur
- Bersifat tradisional
- Memiliki banyak versi dan variasi
- Mempunyai bentuk – bentuk klise dalam susunan atau cara pengungkapkannya.
- Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
- Berkembang dari ekspresi ke mulut.
- Cerita rakyat disampaikan secara lisan.
3. Jenis- Jenis dan Ciri-ciri Cerita Rakyat
Jenis- Jenis Cerita Rakyat – Cerita rakyat sering disebut dengan istilah folkore. Menurut Balai Bahasa, folkor paduan dari bentuk asal folk dan lore. Folk berarti rakyat/bangsa/kelompok yang mempunyai ciri pengenal fisik sosial dan kebudayaan. lore yakni sopan santun atau khazanah pengetahuan yang diwariskan turun temurun lewat tutur kata, melalui contoh, atau perbuatan. Dengan kata lain, secara umum folkor sanggup didiberi pengertian dan klarifikasi serpihan kebudayaan yang tersebar dan diadatkan turun temurun dengan cara lisan atau dalam bentuk perbuatan.
KUMPULAN CERITA RAKYAT INDONESIA
1. Bawang Merah dan Bawang Putih
Jaman lampau kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang anggun berjulukan bawang putih. Mereka yakni keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan karenanya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang mempunyai anak berjulukan Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin ludang kecepeh baik kalau ia berumah tangga saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan perberat sebelahan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih berumah tangga dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun usang kelamaan sifat orisinil mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memdiberinya pekerjaan berat jikalau ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan artifasial dan bohongana pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, alasannya Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak dikala itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah diberistirahat. Dia sudah harus bangkit sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memdiberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melaksanakan pekerjaannya dengan gembira, alasannya dia berharap suatu dikala ibu tirinya akan mencintainya menyerupai anak kandungnya sendiri. Pagi ini menyerupai biasa Bawang putih membawa bakul diberisi pakaian yang akan dicucinya di sungai.
Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci artifasial dan bohongana pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut yakni baju kesayangan ibu tirinya. Knorma dan sopan santun menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya.
Dengan frustasi dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya. “Dasar ceroboh!” hardik ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?” Bawang putih terpaksa menuruti cita-cita ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kau mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu. “Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya. “Permisi…!” kata Bawang putih.
Seorang perempuan bau tanah membuka pintu. “Siapa kau nak?” tanya nenek itu. “Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan kini kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih. “Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek. “Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih. “Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal saya menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah saya akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah usang saya tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak.
Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum. Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga karenanya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih. “Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini.
Dan saya senang alasannya kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh menentukan satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek. Mulanya Bawang putih menolak didiberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih menentukan labu yang paling kecil. “Saya takut tidak berpengaruh membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah. Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih knorma dan sopan santun labu itu terbelah, didalamnya ternyata diberisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memdiberitahukan hal asing ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut.
Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapat hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya. Mendengar dongeng bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melaksanakan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata karenanya bawang merah hingga di rumah nenek bau tanah di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak menyerupai bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus alasannya selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya sehabis seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memdiberiku labu sebagai hadiah alasannya menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah.
Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah menentukan salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi. Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang bermampu menyerupai ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu pribadi menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah tanggapan bagi orang yang serakah.
2. Keong Mas
Alkisah pada jaman lampau kala hiduplah seorang perjaka berjulukan Galoran. Ia termasuk orang yang disegani alasannya kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu usang kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak menciptakan Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang memperlihatkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melaksanakan pekerjaan tersebut. Namun karenanya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan sahabat hidupnya. Hal ini menciptakan Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran.
Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan akil menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean hingga dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, alasannya seringkali Jambean menegurnya alasannya selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, hingga tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia mesarani orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud jelek terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu saya mengapa ia berbuat kasar padaku, semoga saya pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan semoga abang mau bekerja" demikian perjuangan sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya kini engkau harus menentukan .. saya atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.
Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam alasannya resah hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawaban Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapat ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah planning bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah saya memenuhi cita-cita bapak. Yang benar karenanya akan senang mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila saya sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi membuang saja ke bendungan" jawabannya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai seruan Jambean sang ibu memmembuang mayatnya di bendungan. Dengan asing batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.
Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara berjulukan Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat bangkrut dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke erat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin saya bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan membersihkan. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melaksanakan hal tersebut.
Suatu hari mereka menyerupai biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian sehabis berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar bunyi gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis anggun keluar dari tempayan tanah liat yang diberisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia yakni jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum berubah menjadi kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, kemudian ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kau itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kau ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya insan biasa yang alasannya dibunuh dan dimembuang oleh orang bau tanah saya, maka saya berubah menjadi menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar dongeng Jambean kedua bersaudara itu karenanya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga dikenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari.
Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.
3. Lutung Kasarung
Pada jaman lampau kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, dia dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri anggun yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada dikala mendekati simpulan hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya saya turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari mempunyai abang yang berjulukan Purbararang. Ia tidak oke adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda menentukan saya sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang berjulukan Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga dikala itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk menyerupai dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun mesarani Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini niscaya akan berakhir, Yang Maha Kuasa niscaya akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak sahabat yaitu hewan dan makhluk hidup-binatang dan makhluk hidup yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan dan makhluk hidup tersebut ada sebuntut simpanse berbulu hitam yang misterius. Tetapi simpanse tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada dikala malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi kemudian bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini menandakan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak usang kemudian, tanah di erat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa keuntungannya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak usang sehabis ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi membersihkan menyerupai artifasial dan bohonganla dan ia menjadi anggun kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira knorma dan sopan santun ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Knorma dan sopan santun hingga di hutan, ia karenanya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali menyerupai artifasial dan bohonganla. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari tabrak panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi alasannya terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari ludang kecepeh panjang.
“Baiklah saya kalah, tapi kini ayo kita tabrak ganteng tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kudang kecepengungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seolah-olah menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada dikala itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, ludang kecepeh dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang karenanya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu karenanya mereka artifasial dan bohongana kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang perjaka idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud sebuntut lutung.
4.Danau Toba
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di erat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun pribadi menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut pribadi melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga saya sanggup ikan banyak hari ini”. Beberapa dikala sehabis berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, alasannya ikan yang didapatkannya sangat besar dan anggun sekali.
Setelah beberapa dikala memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong saya jangan dimakan Pak!! Biarkan saya hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu pribadi dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, alasannya tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, saya tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kau ini? Bukankah kau sebuntut ikan?, Tanya petani itu. “Aku yakni seorang putri yang dikutuk, alasannya melanggar aturan kerajaan”, jawaban perempuan itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan saya dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya saya bersedia kau jadikan istri”, kata perempuan itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu akad yang telah disepakati, yaitu mereka dilarang menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari sebuntut ikan. Jika akad itu dilanggar maka akan terjadi tragedi alam dahsyat.
Setelah beberapa usang mereka berumah tangga, karenanya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, alasannya istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat ganteng dan kuat, tetapi ada kudang kecepeasaan yang menciptakan heran artifasial dan bohongana orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah masakan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat kiprah dari ibunya untuk mengantarkan masakan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua masakan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan sehabis itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia pribadi pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut pribadi membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu pribadi menanyakan makanannya. “Mana masakan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawaban si anak. Dengan nada tinggi petani itu pribadi memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seknorma dan sopan santun itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan karenanya membentuk sebuah danau. Danau itu karenanya dikenal dengan nama Danau Toba.
Cerita Rakyat Timun Mas - Setelah Kemaren saya telah Posting Cerita Rakyat Cindelaras dan Cerita Rakyat Malin Kundang, Kali ini Saya akan Share Cerita Rakyat Timun Mas. Cerita di Indonesia memang sangat banyak bahkan setiap Daerah mempunyai Cerita Rakyat Sendiri Seperti di Jawa Tengah ini dikenal dengan Cerita Rakyat Timun Mas ini, Okelah pribadi untuk membacanya aja atau Copas untuk buah tangan baca dirumah.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di erat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun pribadi menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut pribadi melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga saya sanggup ikan banyak hari ini”. Beberapa dikala sehabis berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, alasannya ikan yang didapatkannya sangat besar dan anggun sekali.
Setelah beberapa dikala memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong saya jangan dimakan Pak!! Biarkan saya hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu pribadi dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, alasannya tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, saya tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kau ini? Bukankah kau sebuntut ikan?, Tanya petani itu. “Aku yakni seorang putri yang dikutuk, alasannya melanggar aturan kerajaan”, jawaban perempuan itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan saya dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya saya bersedia kau jadikan istri”, kata perempuan itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu akad yang telah disepakati, yaitu mereka dilarang menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari sebuntut ikan. Jika akad itu dilanggar maka akan terjadi tragedi alam dahsyat.
Setelah beberapa usang mereka berumah tangga, karenanya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, alasannya istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat ganteng dan kuat, tetapi ada kudang kecepeasaan yang menciptakan heran artifasial dan bohongana orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah masakan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat kiprah dari ibunya untuk mengantarkan masakan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua masakan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan sehabis itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia pribadi pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut pribadi membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu pribadi menanyakan makanannya. “Mana masakan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawaban si anak. Dengan nada tinggi petani itu pribadi memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seknorma dan sopan santun itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan karenanya membentuk sebuah danau. Danau itu karenanya dikenal dengan nama Danau Toba.
Cerita Rakyat Timun Mas - Setelah Kemaren saya telah Posting Cerita Rakyat Cindelaras dan Cerita Rakyat Malin Kundang, Kali ini Saya akan Share Cerita Rakyat Timun Mas. Cerita di Indonesia memang sangat banyak bahkan setiap Daerah mempunyai Cerita Rakyat Sendiri Seperti di Jawa Tengah ini dikenal dengan Cerita Rakyat Timun Mas ini, Okelah pribadi untuk membacanya aja atau Copas untuk buah tangan baca dirumah.
5. Timun Mas
Pada zaman lampau, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di erat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa semoga segera didiberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memdiberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapat seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin usang semakin besar dan berat. Knorma dan sopan santun buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memdiberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat gembira padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa tiba kembali. Raksasa itu menangih akad untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah maritim yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda asing dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seknorma dan sopan santun pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda asing ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seknorma dan sopan santun tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi usang kelamaan tenaganya habis. Ludang kecepeh celaka lagi alasannya Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa gelagapan. Ia tak bisa bernapas, kemudian tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak dikala itu Timun Mas sanggup hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka sanggup hidup senang tanpa ketakutan lagi.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa semoga segera didiberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memdiberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapat seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin usang semakin besar dan berat. Knorma dan sopan santun buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memdiberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat gembira padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa tiba kembali. Raksasa itu menangih akad untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah maritim yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda asing dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seknorma dan sopan santun pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda asing ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seknorma dan sopan santun tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi usang kelamaan tenaganya habis. Ludang kecepeh celaka lagi alasannya Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa gelagapan. Ia tak bisa bernapas, kemudian tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak dikala itu Timun Mas sanggup hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka sanggup hidup senang tanpa ketakutan lagi.
6. Cinde Laras
Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang berjulukan Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang mempunyai sifat iri dan dengki. Raja Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat megah dan damai. Hingga suatu hari selir raja merencanakan sesuatu yang jelek pada permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan alasannya selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.
Selir baginda kemudian berkomplot dengan seorang tabib istana untuk melaksanakan planning tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah. Tabib istana kemudian segera dipanggil sang Raja. Setelah mengusut selir tersebut, sang tabib menyampaikan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain yakni permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar klarifikasi tabib istana. Ia segera memerintahkan patih untuk memmembuang permaisuri ke hutan dan membunuhnya.
Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke tengah hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja merasa puas knorma dan sopan santun sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu didiberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan hewan penghuni hutan. Suatu hari, knorma dan sopan santun sedang asyik bermain, sebuntut rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi sebuntut anak ayam yang sangat lucu. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh menjadi sebuntut ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda dengan ayam lainnya. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...", kokok ayam itu
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka hingga berada di hutan. Mendengar dongeng ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Knorma dan sopan santun dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. "Baiklah," jawaban Cindelaras. Knorma dan sopan santun diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia sanggup mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan.
Berita perihal kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga hingga ke Istana. Raden Putra karenanya pun mendengar diberita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak ini ganteng dan cerdas, tampaknya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jikalau ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jikalau ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua buntut ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah saya mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk menyerupai membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa usang ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba yakni permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan artifasial dan bohongana kejadian yang bahwasanya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melaksanakan kesalahan," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memdiberikan eksekusi yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di membuang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras sanggup berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
Selir baginda kemudian berkomplot dengan seorang tabib istana untuk melaksanakan planning tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah. Tabib istana kemudian segera dipanggil sang Raja. Setelah mengusut selir tersebut, sang tabib menyampaikan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain yakni permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar klarifikasi tabib istana. Ia segera memerintahkan patih untuk memmembuang permaisuri ke hutan dan membunuhnya.
Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke tengah hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja merasa puas knorma dan sopan santun sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu didiberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan hewan penghuni hutan. Suatu hari, knorma dan sopan santun sedang asyik bermain, sebuntut rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi sebuntut anak ayam yang sangat lucu. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh menjadi sebuntut ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda dengan ayam lainnya. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...", kokok ayam itu
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka hingga berada di hutan. Mendengar dongeng ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Knorma dan sopan santun dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. "Baiklah," jawaban Cindelaras. Knorma dan sopan santun diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia sanggup mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan.
Berita perihal kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga hingga ke Istana. Raden Putra karenanya pun mendengar diberita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak ini ganteng dan cerdas, tampaknya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jikalau ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jikalau ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua buntut ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah saya mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk menyerupai membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa usang ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba yakni permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan artifasial dan bohongana kejadian yang bahwasanya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melaksanakan kesalahan," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memdiberikan eksekusi yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di membuang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras sanggup berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
7.Batu Menangis
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat anggun jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan menggunakan pakaian yang bagus dan bersolek semoga orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu yakni ibu dan anak.
Knorma dan sopan santun mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para perjaka desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun knorma dan sopan santun melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu menciptakan orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang perjaka mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawabanan anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia yakni pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang perjaka dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawaban gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia yakni budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabanannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawabanan putrinya yang durhaka jikalau ditanya orang, si ibu masih sanggup menahan diri. Namun sehabis berulang kali didengarnya jawabanannya sama dan yang amat menyakitkan hati, karenanya si ibu yang malang itu tak sanggup menahan diri. Si ibu berdoa.
Anak gadis janda itu sangat anggun jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan menggunakan pakaian yang bagus dan bersolek semoga orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu yakni ibu dan anak.
Knorma dan sopan santun mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para perjaka desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun knorma dan sopan santun melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu menciptakan orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang perjaka mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawabanan anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia yakni pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang perjaka dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawaban gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia yakni budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabanannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawabanan putrinya yang durhaka jikalau ditanya orang, si ibu masih sanggup menahan diri. Namun sehabis berulang kali didengarnya jawabanannya sama dan yang amat menyakitkan hati, karenanya si ibu yang malang itu tak sanggup menahan diri. Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tak berpengaruh menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Knorma dan sopan santun perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, artifasial dan bohongananya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu karenanya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang sanggup melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, menyerupai sedang menangis. Oleh alasannya itu, watu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
Demikianlah dongeng berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, niscaya perbuatan laknatnya itu akan mendapat eksekusi dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Knorma dan sopan santun perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, artifasial dan bohongananya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu karenanya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang sanggup melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, menyerupai sedang menangis. Oleh alasannya itu, watu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
Demikianlah dongeng berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, niscaya perbuatan laknatnya itu akan mendapat eksekusi dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
8. Sangkuriang
Pada jaman lampau, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang berjulukan Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak pria yang berjulukan Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh sebuntut anjing kesayangannya yang berjulukan Tumang. Tumang bahwasanya yakni titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.
Pada suatu hari, menyerupai biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada sebuntut burung yang sedang bertengger di dahan, kemudian tanpa berpikir panjang Sangkuriang pribadi menembaknya, dan sempurna mengenai sasaran. Sangkuriang kemudian memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang membisu saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang kemudian mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar dongeng dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat meratapi perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta semoga suatu hari sanggup bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memdiberinya sebuah hadiah berupa kecantikan infinit dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, karenanya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, alasannya kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah knorma dan sopan santun dikala di tengah jalan bertemu dengan seorang perempuan yang sangat anggun jelita, yang tidak lain yakni Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan perempuan tersebut, maka Sangkuriang pribadi melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan berumah tangga di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, alasannya pada dikala dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut menyerupai dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang perihal penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, alasannya ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut yakni anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat resah sekali, alasannya dia mustahil berumah tangga dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan planning ijab kabul mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin kemudian saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara semoga ijab kabul mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, karenanya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang sanggup memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jikalau gagal maka ijab kabul itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk menciptakan sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua seruan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang kemudian mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menuntaskan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, alasannya Sangkuriang hampir menyelesaiklan artifasial dan bohongana syarat yang didiberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi kemudian meminta santunan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Knorma dan sopan santun melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang pribadi menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak sanggup memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang kemudian menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, kemudian menjadi sebuah gunung yang berjulukan Tangkuban Perahu.
Pada suatu hari, menyerupai biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada sebuntut burung yang sedang bertengger di dahan, kemudian tanpa berpikir panjang Sangkuriang pribadi menembaknya, dan sempurna mengenai sasaran. Sangkuriang kemudian memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang membisu saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang kemudian mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar dongeng dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat meratapi perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta semoga suatu hari sanggup bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memdiberinya sebuah hadiah berupa kecantikan infinit dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, karenanya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, alasannya kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah knorma dan sopan santun dikala di tengah jalan bertemu dengan seorang perempuan yang sangat anggun jelita, yang tidak lain yakni Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan perempuan tersebut, maka Sangkuriang pribadi melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan berumah tangga di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, alasannya pada dikala dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut menyerupai dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang perihal penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, alasannya ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut yakni anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat resah sekali, alasannya dia mustahil berumah tangga dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan planning ijab kabul mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin kemudian saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara semoga ijab kabul mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, karenanya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang sanggup memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jikalau gagal maka ijab kabul itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk menciptakan sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua seruan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang kemudian mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menuntaskan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, alasannya Sangkuriang hampir menyelesaiklan artifasial dan bohongana syarat yang didiberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi kemudian meminta santunan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Knorma dan sopan santun melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang pribadi menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak sanggup memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang kemudian menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, kemudian menjadi sebuah gunung yang berjulukan Tangkuban Perahu.
9. Malin Kundang
Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang didiberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.
Besar berharap malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya sanggup untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan karenanya pupuslah berharap Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan berharap nantinya knorma dan sopan santun kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak berguru perihal ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin berguru dengan tekun perihal perkapalan pada teman-temannya yang ludang kecepeh berpengalaman, dan karenanya dia sangat sangat menguasai dalam hal perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, hingga dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, alasannya knorma dan sopan santun kejadian itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga karenanya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut sehabis sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar yakni desa yang sangat rindang. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin usang kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia mempunyai banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya ludang kecepeh dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah beberapa usang berumah tangga, Malin dan istrinya melaksanakan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu yakni anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati yakni Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu usang tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembrono saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang akal-akalan tidak mengenali ibunya, alasannya malu dengan ibunya yang sudah bau tanah dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang akal-akalan mengaku sebagai ibuku semoga mendapat harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak mengira anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, saya sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa usang kemudian angin bergemuruh kencang dan tornado dahsyat tiba menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan karenanya berbentuk menjadi sebuah watu karang.
10. Si Pahit Lidah
cerita rakyat yang berasal dari Lampung dan merupakan salah satu dongeng rakyat Indonesia yang popular di kalangan masyarakat Lampung. Cerita ini mengisahkan perihal dua orang yang sombong alasannya mempunyai keludang kecepehan dari orang lain. Pengajaran yang bisa di petik dari dongeng ini yakni jangan menjadi orang yang sombong walaupun mempunyai keludang kecepehan dari orang lain. Berikut marilah kita simak bersama dongeng rakyat dari Lampung yang berjudul Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata
Serunting yakni orang yang sakti mandraguna. Dia berasal dari Majapahit yang kemudian diusir dari istana kemudian berkelana ke Sumatera. Adik ipar Serunting yang berjulukan Arya Tudang kecepeng merasa iri dengan kesaktian Serunting. Dia kemudian memujuk kakaknya untuk memdiberitahu di mana letak kelemahan Serunting. Karena rasa sayang kepada adiknya karenanya istri Serunting memdiberi tahun letak kelemahan Serunting.
Setelah mengetahuinya Arya Tudang kecepeng mengajak Serunting untuk tabrak kekuatan. Mereka pun berkelahi, knorma dan sopan santun itu Arya Tudang kecepeng menusuk Serunting di tempat kelemahannya. Serunting terluka parah dan kemudian mengasingkan diri di Gunung Siguntang. Dalam pengasingannya Serunting mengobati lukanya dan tidak jemu berdoa pada Tuhan semoga mengembalikan kesaktiannya. Karena ketekunan Serunting karenanya dia didiberi keludang kecepehan bahwa apapun yang diucapkannya menjadi kenyataan.
Pada suatu hari Serunting sedang berjalan-jalan di sebuah kampung. Masyarakat kampung tersebut sedang menanam padi. Hamparan sawah yang menguning sangat indah di pandang mata. Namun Serunting malah menyampaikan bahwa itu bukan sawah melainkan hamparan batu. Knorma dan sopan santun itu tiba-tiba saja ucapan Serunting menjadi kenyataan. Melihat hal itu warga menjuluki Serunting dengan julukan Si Pahit Lidah. Masyarakat tidak ada yang berani melawan Si Pahit Lidah alasannya mereka takut tidak sengaja kutukannya. Si Pahit Lidah menjadi sombong dan kasar sehingga warga tidak menyukai dirinya.
Kesaktian Si Pahit Lidah terdengar oleh Si Empat Mata seorang yang juga mempunyai kesaktian dari negeri India. Si Empat Mata merasa tersaingi kesaktiannya dan bermaksud untuk menantang Si Pahit Lidah. Kemudian dia berlayar menuju Sumatera untuk menemui Si Pahit Lidah. Knorma dan sopan santun bertemu Si Empat Mata menantang Si Pahit Lidah untuk berkelahi. Berhari-hari mereka berkelahi dan mengeluarkan seluruh kesaktiannya namun tidak ada yang menang atau kalah.
Knorma dan sopan santun itulah seorang tetua kampung mengajukan pertandingan untuk kedua orang tersebut. Meraka harus memakan buah aren yang tersedia. Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama untuk memakan buah tersebut. Dengan sombong Si Pahit Lidah memakan buah aren itu sambil berfikir alasannya mustahil dia akan mati dengan buah sekecil itu. Namun apa yang terjadi Si Pahit Lidah menggelepar kemudian mati. Melihat Si Pahit Lidah mati Si Empat Mata merasa senang alasannya kini dialah orang yang paling sakti di negeri itu. Namun, Si Empat Mata merasa aneh alasannya Si Pahit Lidah bisa mati hanya dengan sudang kecepeji buah aren. Si Empat Mata kemudian menimang-nimang buah aren sisa Si Pahit Lidah, dia memakan buah aren tersebut dan tidak usang kemudian Si Empat Mata menggelepar kemudian mati. Akhirnya mereka berdua mati dengan kesombongan sendiri kemudian keduanya di makamkan di Danau Ranau.
Cerita Rakyat Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata menceritakan perihal kesombongan akan menjadikan celaka pada diri sendiri. Semua kekuatan tiadalah berguna jikalau diiringi dengan kesombongan.
Serunting yakni orang yang sakti mandraguna. Dia berasal dari Majapahit yang kemudian diusir dari istana kemudian berkelana ke Sumatera. Adik ipar Serunting yang berjulukan Arya Tudang kecepeng merasa iri dengan kesaktian Serunting. Dia kemudian memujuk kakaknya untuk memdiberitahu di mana letak kelemahan Serunting. Karena rasa sayang kepada adiknya karenanya istri Serunting memdiberi tahun letak kelemahan Serunting.
Setelah mengetahuinya Arya Tudang kecepeng mengajak Serunting untuk tabrak kekuatan. Mereka pun berkelahi, knorma dan sopan santun itu Arya Tudang kecepeng menusuk Serunting di tempat kelemahannya. Serunting terluka parah dan kemudian mengasingkan diri di Gunung Siguntang. Dalam pengasingannya Serunting mengobati lukanya dan tidak jemu berdoa pada Tuhan semoga mengembalikan kesaktiannya. Karena ketekunan Serunting karenanya dia didiberi keludang kecepehan bahwa apapun yang diucapkannya menjadi kenyataan.
Pada suatu hari Serunting sedang berjalan-jalan di sebuah kampung. Masyarakat kampung tersebut sedang menanam padi. Hamparan sawah yang menguning sangat indah di pandang mata. Namun Serunting malah menyampaikan bahwa itu bukan sawah melainkan hamparan batu. Knorma dan sopan santun itu tiba-tiba saja ucapan Serunting menjadi kenyataan. Melihat hal itu warga menjuluki Serunting dengan julukan Si Pahit Lidah. Masyarakat tidak ada yang berani melawan Si Pahit Lidah alasannya mereka takut tidak sengaja kutukannya. Si Pahit Lidah menjadi sombong dan kasar sehingga warga tidak menyukai dirinya.
Kesaktian Si Pahit Lidah terdengar oleh Si Empat Mata seorang yang juga mempunyai kesaktian dari negeri India. Si Empat Mata merasa tersaingi kesaktiannya dan bermaksud untuk menantang Si Pahit Lidah. Kemudian dia berlayar menuju Sumatera untuk menemui Si Pahit Lidah. Knorma dan sopan santun bertemu Si Empat Mata menantang Si Pahit Lidah untuk berkelahi. Berhari-hari mereka berkelahi dan mengeluarkan seluruh kesaktiannya namun tidak ada yang menang atau kalah.
Knorma dan sopan santun itulah seorang tetua kampung mengajukan pertandingan untuk kedua orang tersebut. Meraka harus memakan buah aren yang tersedia. Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama untuk memakan buah tersebut. Dengan sombong Si Pahit Lidah memakan buah aren itu sambil berfikir alasannya mustahil dia akan mati dengan buah sekecil itu. Namun apa yang terjadi Si Pahit Lidah menggelepar kemudian mati. Melihat Si Pahit Lidah mati Si Empat Mata merasa senang alasannya kini dialah orang yang paling sakti di negeri itu. Namun, Si Empat Mata merasa aneh alasannya Si Pahit Lidah bisa mati hanya dengan sudang kecepeji buah aren. Si Empat Mata kemudian menimang-nimang buah aren sisa Si Pahit Lidah, dia memakan buah aren tersebut dan tidak usang kemudian Si Empat Mata menggelepar kemudian mati. Akhirnya mereka berdua mati dengan kesombongan sendiri kemudian keduanya di makamkan di Danau Ranau.
Cerita Rakyat Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata menceritakan perihal kesombongan akan menjadikan celaka pada diri sendiri. Semua kekuatan tiadalah berguna jikalau diiringi dengan kesombongan.
Demikianlah ulasan mengenai dongeng rakyat yang terkenal di indonesia, Semoga berkhasiat, Terimakasih
Advertisement