Cerpen Cinta. Sahabat SE kali ini admin akan sedikit mengembangkan informasi mengenai cerpen. Cerpen yaitu jenis karya sastra yang diparkan atau dijelaskan dalam bentuk goresan pena yang berwujud sebuah kisah atau kisah secara pendek, jelas, serta ringkas. Cerpen sanggup disebut juga dengan sebuah prosa fiksi yang isinya ihwal pengisahan yang hanya terkonsentrasi pada satu konflik atau permasalahan. Dalam panulisan sebuah cerpen ada hal yang harus anda perhatikan yakni Unsur Intrinsik Cerpen
Tema = Tema yaitu pokok atau gagasan utama sebuah cerpen.
Alur = Alur atau plot yaitu rangkaian kronologi peristiwa. Alur dibedakan menjadi alur maju, alur hengkang, dan alur campuran.
Alur maju yaitu cerpen dengan kejadian yang dimulai dari awal hingga akhir.
Alur hengkang yaitu cerpen dengan kejadian yang dimulai dari simpulan kisah ke awal cerita
Alur adonan yaitu alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur hengkang
Latar atau Setting = Latar dibedakan antara latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Latar tempat diberisi dimana kejadian atau kejadian dalam cerpen terjadi
Latar waktu diberisi kapan kejadian atau kejadian dalam cerpen terjadi
Latar suasana diberisi penggambaran suasana dalam sebuah cerpen
Penokohan = Dalam penokohan dituliskan tokoh dan tabiat dari tokoh. Tokoh di sini terbagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama merupakan tokoh yang melaksanakan interaksi secara eksklusif atau terlibat dalam konflik.
Tokoh pemanis merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik.
Sudut Pandang = Sudut pandang diberisi pandangan pengarang terhadap cerpen, sanggup saja pengarang menjadi orang pertama atau orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama yaitu pengarang terlibat eksklusif atau orang pertama dalam kisah dan ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya.
Sudut pandang orang ketiga yaitu pengarang tidak terlibat eksklusif dalam kisah ditandai penggunaan kata ganti orang dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.
Amanat = Amanat merupakan pesan moral yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerpen.
Gaya bahasa = Gaya bahasa berfungsi untuk memdiberikan kesan yang ludang kecepeh menarik dengan menggunakan majas. dikutip dari Blog keren
Tokoh dan Penokohan = Tokoh dan penokohan yaitu 2 hal yang berbeda di dalam cerpen. Tokoh merupakan orang-orang yang terlibat di dalam cerpen tersebut. Sedangkan penokohan yaitu penentuan sifat atau tabiat tokoh di dalam sebuah cerpen.
Alur (Plot) = Alur yaitu urutan atau jalannya kisah di dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam memberikan jalan cerita, ada beberapa tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis, yaitu: 1. Perkenalan 2. Penanjakan 3. Klimaks 4. Anti ujung asa
Tahap-tahap terebut harus ada di dalam sebuah kisah semoga kisah tersebut tidak membingungkan. Dibawah ini yaitu cerpen cinta sedih yang admin akan sajikan dari banyak sekali sumber blog-bloger mastah yang cukup keren, yuck kita simak dibawah ini:
Semua Tentang kita
Karya Putri Ayu Paundan
“Natasya, jangan murung terus dong. Senyuum.” kata sahabatku dewi sambil mencari tisu di meja rias kamarku
“gue gak sanggup dew, gue ga terima ia ninggalin gue, pergi gitu aja tanpa pamit.”
Arya yaitu seorang pemuda yang sangat saya sayangi, ia pergi meninggalkanku tanpa alasan. Akupun gres tau kepergiannya sehabis sehari ia pergi. Dia juga tak pernah mengabariku kenapa ia pergi. Yang ku tau, Arya harus meninggalkan sekolah lamanya bersamaku karna ia di tuntut kedua orang tuanya untuk tinggal di pesantren , tepatnya di daerah lampung. Akupun terpukul mendengarnya.
“sya, lo gak sanggup terus-terusan mikirin arya kaya gini. Dia itu gamau bilang kepergiannya karna ia gamau liat lo sedih. Coba kalo ia tau lo murung kaya gini. Gimana sya.”
“tapi gue kecewa banget wi, lo ga ngerti perasaan gue.”
Sehari sebelum arya pergi, teman-teman sekelasku gotong royong sudah tau akan kabar bahwa arya akan pindah dari sekolah. Tapi arya melarang mereka artifasial dan bohongana untuk memdiberitahuku dan merahasiakan artifasial dan bohongananya. Ini juga lantaran arya gak ingin buat saya bersedih. Tapi justru malah sebaliknya .
***
Seminggupun berlalu, saya masih belum sanggup mendapatkan artifasial dan bohongana ini. Disekolah rasanya sepi tak ada arya di sisiku yang biasanya setiap hari menyapaku, tertawa bersama. Arya juga tak pernah mengabariku ia menghilang begitu saja. Sampai kini saya belum sanggup memaafkannya sebelum saya tau alasannya mengapa ia tak memdiberitahuku ihwal kepergian dan kepindahannya ke lampung. Aku mencoba melupakannya tapi saya tak sanggup , perasaan ini menyiksaku. Semakin saya mencoba melupakannya, semakin saya tak sanggup menghapus kenangan Arya dari hatiku.
“sya, maafin gue ya gue gak bilang sama lo . sebenernya gue udah tau Arya mau pindah dari sekolah, tapi Arya ngelarang gue buat bilang sama lo, katanya ia gak mau buat lo sedih. Lo niscaya sanggup dapetin yang ludang kecepeh dari dia. Itu pesan arya buat lo.” Kata eza sahabatnya arya.
Saat eza bilang artifasial dan bohongana itu kepadaku entah mengapa, hatiku gak sanggup menerimanya. Aku menyayangi arya, hanya arya yang selalu ada di hatiku, dan ia yang terbaik untukku. Itu menurutku.
“lo jahat za, kenapa lo gak bilang sama gue dan harusnya lo tuh ngerti.”
“iya, maafin gue sya. Gue salah, tapi mau gimana lagi arya udah pergi dan asal lo tau sya. Dia sayang banget sama lo. Dia sebenernya gamau pindah, tapi karna desakan orang tuanya ia pindah ke pesantren.”
“ gue kecewa za sama dia. Kenapa ia gak bilang dari awal?”kataku lemas
Aku meninggalkan eza yang masih diam diam diambang pintu kelasku. Aku gak mau mendengar artifasial dan bohongananya lagi. Aku udah cukup kecewa dengan artifasial dan bohongana ini. andaikan waktu sanggup berhenti berputar untuk ketika ini, saya ingin kembali dan melihat arya untuk terakhir kali.
***
Pagi hari di kelas,
Seiring berjalannya waktu meskipun arya tak pernah mengabariku, dan mungkin ia sudah lupa denganku. Yaa, begitupun saya masih terus mencoba melupakannya. Hari-demi hari kujalani artifasial dan bohongananya ibarat normal dulu sebelum arya pindah dari sekolah ini. Aku hanya sanggup mencoba untuk tulus dengan yang ku jalani sekarang. Andaikan ini artifasial dan bohongana mimpi, saya tak mau ini artifasial dan bohongana akan terjadi. Tetapi apa daya artifasial dan bohongananya bukan mimpi, ini nyata.
“sya...” panggil seseorang dari tempat duduk belakang dan ternyata itu eza , ia berjalan menghampiriku
“apaan za?’’ kataku
“sya, kemaren arya chat gue nanyain lo.”
“terus?”
“kok terus?”
“iyaa, terus kenapa? Apa urusannya sama gue?”
“adalah ”
“apaan?” tanyaku sinis
“dia masi nungguin lo.”
“oh.” Jawabku singkat
“dih ngeselin nih anak, emang lo gamau tau kabarnya dia?”
“ah gatau gue, gue resah sama ia , ia bilang sayang sama gue tapi apaan ninggalin gue gitu aja dan udah seminggu ludang kecepeh gue gatau kabarnya.”
“yaa lo tanya lah kabarnya gimana?”
“ngapain ah za, gue cewek gengsi kali nanya ke cowo duluan.” Kataku agak jengkel
“gue resah ama lo berdua, lo sama arya sama-sama sayang, tapi gak ada yang mau mulai duluan. Gimana kalian mau jadian kalo sama-sama gengsi. Cinta, tapi bermuka dua. ”
“harusnya dialah, minta maaf enggak , kabarin gue juga enggak. Kalo gue disuruh milih untuk kenal sama ia atau gak, gue akan ludang kecepeh milih enggak dari pada gue harus sakit hati kaya gini akhirnya...gue malah kecewa banget.”
“yaaa, kemaren ia nanyain kabar lo, ya gue jawaban lo murung banget ia pindah.”
“lo jujur amat si za, aaaah tau deh.”
***
Hari terus berganti, meninggalkan artifasial dan bohongana kisah yang ada begitupun kisah ku dengan arya , saya bertekat untuk melupakannya. Aku udah cukup kecewa dengan artifasial dan bohongana ini. Setiap kali saya berdoa, mendoakannya untuk kembali bersama ku lagi ibarat dulu tapi itu artifasial dan bohongana tak mungkin. Aku memang mengasihi arya, tetapi tak pernah arya jujur akan rasa sayang dan cintanya kepadaku, selalu eza yang bilang kepadaku setiap kali arya curhat kepadanya. Aku resah dengan artifasial dan bohongana ini, mengasihi seseorang tanpa sebuah kepastian yang pasti.
Tuhan..... jikalau memang ia yang terbaik untukku, jagalah ia disana tuhan...Setiap malam setiap ada kesempatan saya berdoa dan menangis, akankah cintaku padanya akan kembali ibarat lampau menjalani hari-hari dengan penuh canda maupun tawa. Cinta ini membunuhku...kau yaitu mimpi takkan pernah ku gapai.
Jagalah hatinya untukku, dan jagalah hatiku untuknya...
Aku disini hanya sanggup mendoakannya, melihat nya dari kejauhan...
Ini berat untuk ku jalani Tuhan... jauh dari seseorang yang saya sayangi.....
Aku menyayangi dan mencintainya... tabahkan hatiku Tuhan...
Tuhan .. hanya satu pintaku, jagalah iya ketika saya jauh dari sisinya.... :’)
***
Sebentar lagi liburan semester tiba, 6 bulan sudah berlalu. Sebenarnya momen-momen itulah yang selama ini ku tunggu. Karna liburan sekolah Arya niscaya pulang ke Jakarta dan ada kemungkinan kita akan bertemu lagi. Tetapi , mendengar kabar kalo Arya niscaya akan pulang ke Jakarta hatiku biasa saja. Tidak ada getaran-getaran ibarat dulu ketika saya bersamanya, mungkin lantaran selama 6 bulan ini saya sudah terbiasa tanpanya, yaa meskipun awalannya saya sangat terpukul dan kecewa juga sedih. Tapi kini saya sudah mempunyai seseorang yang sanggup menggantikan hati Arya di hatiku yaitu Aka sudah 6 bulan juga saya mengenalnya. Aka tiba di kehidupanku kadab hatiku sedang hampa dan kosong tanpa arah. Dia menyembuhkan luka di hatiku, awalnya saya memang tak sanggup melupakan Arya karna bagaimanapun juga Arya akan selalu tinggal di hatiku. Saat kepergian Arya, Aka lah yang selalu menemani hari sepiku selama 6 bulan saya mengenal Aka, bagiku ia yaitu seorang pemuda yang baik , pengertian, dan sabar. Sudah 3 kali Aka menyatakan perasaannya padaku , tetapi tak pernah ku jawaban saya hanya bilang kepada aka kalo saya masih mengejar sesuatu. Aka pun mengerti, walaupun ia tak pernah tau saya masih menunggu seseorang , yaitu Arya. Dan Aka masih setia menunggu hatiku. Dan akupun komitmen akan menjawabannya, saya mendapatkan cintanya atau tidak ketika ulang tahun Aka nanti.
***
Pagi di sekolah,
“besok kita bagi rapot sya.” Kata dewi sahabatku
“iya , gue takut nih jadinya masuk jurusan apa wi.”
“udah yakin lo niscaya IPA. “
“yaa gampang-gampangan aja kalo kita sanggup satu kelas lagi, lo IPA dan gue juga.”
“amiin.”
“haaai artifasial dan bohongana.” Sapa eza sambil duduk di sebelahku
“apaan si za, JB JB aje.” Kata ku
“hahaha.... lagi ngomongin apaan si? Serius amat?” eza tertawa pelan
“jurusan za...” kata dewi
“oh gitu yaa... lo niscaya mah IPA, kalo gue sih maunya IPS.”
“yaa amin-amin gampang-gampangan kita masuk yaa.” Kataku
“iyaa amin .” kata mereka berdua
“eh sya, btw gimana perasaan lo kini sama Arya?”tanya eza kepadaku
“yaaah, lo ngomongin Arya lagi.” Jawabku lemes
“dia selau nanyain keadaan lo sama gue sya, ya gue jawaban lo baik. Arya juga bilang kenapa ia gak nembak lo. Katanya ia , ia gamau nyakitin lo lagi emangnya lo mau pacaran jarak jauh sama Arya? Arya takut lo nolak dia, kalopun lo nerima dia, kasian elo nya arya gak pernah ada di samping lo . lo tau kan pesantren gimana? Dia pulang juga pas liburan.”
“yaaa.. gue tau. Status berdasarkan gue gak penting. Yang gue mau komitmen za. Kepastian. Dia sayang sama gue tapi ia gak pernah bilang ataupun jujur sama persaannya sama gue. Gimana gue mau percaya sama dia, sanggup aja kan ia pacaran disana atau udah punya cewek pengganti gue? Gue yakin za. lagian 6 bulan udah berlalu. Gue mungkin sanggup lupain dia, tapi gue gak akan sanggup ngelupain artifasial dan bohongana kenangan ihwal kita”
“oh iya, liburan ia kesini sya. Dia pengen ketemu sama lo.”
“gue gamau lah za, udah cukup yang dulu2 gue gamau nantinya keinget ia lagi. Sekarang gue udah punya yang lain, meskipun gue belum jadian sama dia. Tapi kita udah deket semenjak Arya ninggalin gue.”
“siapa?” tanya eza
“aka namanya za, ia ganteng putih andal main basket dan juga andal futsal.” Kata dewi yang menambah pembicaraan suasana menjadi semakin hangat
“serius lo sya?” tanya eza tak percaya
“iya, gue serius dan suatu ketika kita niscaya akan jadian.” Kataku padanya
“jujur nih gue sya sama lo Arya disana banyak yang nembak dan banyak yang sukain. Lo mau tau artifasial dan bohongana cewek yang nembak ia banyak, terus ia tolak. Adapun anak SD nembak dia, dan katanya ibarat sama lo.”
“terus di terima?” kata dewi sahabat ku, yang duduk di sampingku sembari membaca novel
“gue belom tau kabarnya. setau gue sih ia belum jawaban mau nerima tu cewek apa enggak.”
# Bel pun berbunyi
***
Pagi hari,
Hari ini yaitu hari yang ku tunggu-tunggu mama ku sudah berkemas-kemas untuk mengambil rapotku. kadab hingga di sekolah , saya berpapasan dengan eza. eza tak melihatku mungkin ia gak sadar seseorang yang berpapasan dengannya itu aku. Setelah pembagian hasil rapot selesai ternyata alhamdullilah karenanya saya masuk jurusan IPA, jurusan yang selama ini saya cari dan sudah saya rencanakan.
“sya, tar abis bagi rapot main yuk.” Kata sari sahabat dekatku
“okeey, siapa aja?” tanyaku
“banyak lah. Pokoknya.”
“okedeh.”
“lo udah bagi rapot?” tanyanya
“udah nih,”
“wesss... ipa nih ye. Slamet yaa.”
“lo emang belom?” tanyaku
“belom, tar abis ini.”
“oh okey, emng kita mau main apa?”
“main UNO aja, hehe lo bawa uno?”
“kagak sii, yaudah gue balik dulu yaa..tar samper gue aja.”
***
Siang hari,
“natasya, ayok berangkat main.. bawah umur udah pada ngumpul. Jangan lupa uno nya.”
Aku naik motor di jemput oleh sahabat dekat ku sari. Setelah beberapa menit hingga di rumah sabi, karenanya kita artifasial dan bohongana main UNO
“sabi, si eza gak dateng?”
“gatau sya, katanya mau pergi.”
Sabi yaitu sahabat deketku juga , karna rumahnya yaitu basecame kami, tempat kami berkumpul dan bercanda bareng
Tak usang sambil kita memainkan UNO , ada bunyi motor berhenti di rumah sabi. Ici temen ku keluar dan membuka pintu. Ku lihat dari arah jendela ternyata eza, tetapi disana ada seseorang lagi. Memakai helm dan tampaknya saya mengenalnya, Cuma dari jendela tidak terlalu kelihatan. Seseorang itu melepas helm nya dan ternyata... OMG ! batinku...... ternyata seseorang itu adalah...
“sya, ada Arya tuh.”
“hah ? serius lo sab?”
“iya serius gue, tuh anaknya kesini kan.”
Oh Tuhaan.... apa salahku, saya tak ingin bertemu dengannya. Tetapi kini kita malah di pertemukan. Apa ini takdirku Tuhan.. untuk bertemu ia lagi. Deg..... tiba-tiba saja terasa jantungku berhenti, getaran ini sudah usang tak kurasakan. Sangat berbeda sekali bila saya dekat dengan aka, tidak ada getaran ibarat ini. ada apa ini?” batinku
“sorry sya, dari awal kita artifasial dan bohongana sudah ngerencanain ini, untuk nemuin lo sama Arya.”
Aku dan arya hanya tersenyum tipis. Tapi ajaib sikapnya Arya, ia bener-bener berubah. Dia tak menyapaku. Bahkan menegurku itupun tidak. Apa yang terjadi Tuhan batinku. Apa ia sudah menemukan yang lain? Entahlah.... selama kita artifasial dan bohongana ngobrol, tetapi saya dan arya tidak juga saling tegur sapa, kenal.. tapi kaya ga kenal.. Arya ibarat orang asing dalam hidupku.
“sya, arya kalian berdua diem aja..” ledek mereka
“ayodong kangen-kangenan apa kek gitu?” kata ici sahabat dekatku yang juga ikut meledek
“tau lo ya, udah ada orangnya malah di cuekin. Giliran ga ada malah nyariin.”ledek eza
“apaansih lo za, gajelas.” Jawabku sinis
“yee lo berdua tuh cinta, tapi bermuka dua. Sama-sama cinta tapi malu-malu gak ada yang mau mulai duluan. Gininih jadinya cuek-cuekan kalo ketemu.”
Kenapa harus gue yang mulai duluan apa musti gue yang negur duluan? Siapa yang buat salah ? gue kah? Atau dia? Yang ninggalin gue siapa? Yang buat gue murung siapa? Yang buat gue kecewa dan sakit hati siapa? Harusnya lo sadar Arya ! batinku meringis.
“yaudah lah za, kalo mereka emang mau diem-dieman.” Kata sabi
Aku hanya tersenyum ke arah mereka yang menatapku juga Arya. Setiap kali saya memergoki arya melirikku, dan saya juga meliriknya batinku nangis apa iya arya gak kangen sama aku, atau minta maaf? Tapi apa nyatanya... itu tidak sama sekali !! yang ku lihat dari sorotan matanya masih ada cinta dan rindu dihatinya. Akupun mencicipi itu. Tatapannya, masih ibarat dulu, dingin tetapi penuh arti dari sorotan matanya penuh keteduhan. Andai saja tatapan ini sanggup membunuh, mungkin saya sudah terkapar olehnya.
Akhirnya kita artifasial dan bohongana main UNO , mainan yang biasa kita mainin kalo gak ada mainan yang sanggup dimainin . kita anak Sekolah Menengan Atas tetapi masih main kartu UNO, yaa walaupun UNO buat artifasial dan bohongana umur. Eza pun membagikan kartu UNO nya. Dan kita artifasial dan bohongana main. Ternyata seiring berjalannya waktu, pertama sari keluar menang, disusul sabi, disusul eza, dan yang terakhir ici, yang salalu main UNO keringetan. Main UNO aja kok keringetan? Dan yang tersisa hanya saya dan aray. Permainan semakin menegang. Belom ada kepastian siapa yang menang saya ataupun aray.
“ayodong menangin sya.” Teman-temanku menyemangatiku. Begitupun aray yang sibuk dengan kartu-kartunya .
“udeh lo niscaya menang deh ray.” Kata eza yang malah membela aray di banding aku
“eh belom tentuu.” Kataku , daaaannnn.....
“UNO ! “ aray mengucapkan kata itu bentar lagi ia menang karna kartunya tinggal satu 4+ ternyata.”
aku pun kalah ketika permainan itu. Tapi taapalah ini hanya sebuah permainan, karenanya kita artifasial dan bohongana tertawa bersama.
bahagia itu sederhana ... walaupun saya dan aray tak saling tegur sapa bahkan ketika bermain aray tak juga menatapku. Tetapi dengan melihat aray tersenyum atas kemenangannya padaku. Aku sudah senang.” #Bahagiaitusederhana saya mungkin saja melupakanmu kadab kau pergi, dan jauh disana..tetapi cinta, perasaan kembali ada kadab kau datang
waktu sudah membuktikan pukul 4 sore. Karna hari sudah sore akhinya kita artifasial dan bohongana memutuskan untuk pulang. Pertemuan yang sangat singkat antara saya dan juga Aray. Sampai pulang kita berdua juga gak ngobrol dan saling cuek-cuekan. Yaa... itulah aray dingin dan sangat cuek
***
Malam ,
Aku masih teringat pertemuan singkat tadi siang. Ini artifasial dan bohongana ibarat mimpi ataukah saya bermimpi?? Sambil memeluk boneka dan tepar di atas kasur saya memutar kembali ketika 6 bulan yang kemudian , ketika aray meninggalkanku, dan pergi begitu saja tanpa kabar. Dan kini ia ada disini menemuiku. Aku tak mengerti apa maksudnya
dret.. dret... ponselku bergetar, tanda sms masuk dan ternyata itu dari Aka.
“natasya.. malem.. apa kabar?”
“hei, baik kok Aka.”
“oh gitu syukur deh.”
“besok sanggup kan dateng kerumah Aka sya?”
Ya Tuhan.. saya lupa besok tanggal 26 yaitu hari ulang tahunnya Aka. Untung saja saya sudah menyiapkan kado untuknya jauh-jauh hari.
“okey, besok natasya dateng kok.”
“mau aka jemput?”
“okeh” diakhiri percakapan pendek itu di sms dan akupun tertidur
***
Esok hari,
Jam 10:00 aka sudah hingga di depan pager rumahku. Aku pun pergi kerumahnya di boncengin naik motor pendekar nya. Di perjalanan dan di pikiranku kosong, entah apa yang saya fikirkan dan karenanya sehabis beberapa menit di perjalanan kita pun hingga di perumahan blok A rumahnya Aka, disana sudah banyak temen-temennya yang berkumpul. Juga sahabat ku putri.
“ka. Ini kado buat kamu.”
“yaampun natasya, pake repot-repot.”
“yaa.. gpp kkok.”
Kado yang saya diberikan untuk Aka yaitu angsa-angsaan biru hasil karya ku sendiri, juga striminan yang bertulisan namanya dan hari ulang tahunnya
“Heemm ikut saya bentar yuk,” tanganku di gandeng aka ke arah taman komplek dekat rumahnya. Aku tak mengerti apa maksudnya. Terlintas tiba-tiba di fikiranku. Aku lupa kalo saya berjanji akan menjawabannya iya atau tidak untuk menjadi pacarnya.
“heem.. mau ngapain ya ka?” tanyaku terbata-bata saya masih tidak tau harus menjawaban iya atau tidak untuk menerimanya.
“adadeh.” Jawab aka
Sesampainya di taman yang indah dan penuh bunga berwarna-warni disana terpampang bunga matahari yang menjulang tinggi juga pohon anggur di sekeliling taman. Di temani teman-teman aka juga putri sahabatku. Karna dialah saya sanggup kenal dengan aka, sehabis kepergian Arya 6 bulan yang lalu. Di tengah lapangan Aka melepaskan gandengannya.
“natasya, bagaimana dengan jawabanan kau ?”
“jawabanan? Jawaban apa?” saya akal-akalan tak ingat
“jawabanan, apa kau nerima aku? Atau tidak.”
Jleeeeeeebbbbb................
Ternyata Aka benar menagih komitmen itu. Aku tak tau kenapa sanggup jadi begini. Awalnya saya memang sudah hampir sanggup MOVE-ON dari arya, tapi apa? Arya tiba kembali di kehidupanku. Menemuiku walaupun itu tidak sengaja bertemu. Tapi apa daya, Aka pemuda yang selama ini 6 bulan saya gantungi perasaannya masa iya saya tolak. Cinta diantara dua hati itu tidak mungkin! Aku mengasihi arya juga aka..
“natasya, kok diem?” tanya aka
“hah? Iya...apa?” kataku terbata-bata
Temen-temen aka yang menonton dan menyaksikan itu mereka artifasial dan bohongana menyoraki kita berdua... terima...... terima....... saya resah ketika itu.
“kamu nerima saya atau tidak natasya... saya sayang kamu.” Di raih nya tanganku
Setelah beberapa menit saya berfikir, akhirnya
“iya Aka, Aku terima.”entah apa yang ku fikirkan tak sengaja saya mengucapkan kata-kata itu, terlambat sudah......
Yeeeeyyyy jadiaaaaan sorak mereka tambah ramai. Orang-orang yang ada di area taman resah lantaran ketika itu teman-temannya aka diberisik dan rame. Meskipun ketika itu saya malu. Aku memutuskan untuk mendapatkan aka karna saya juga suka sama ia , walaupun saya masih mengharapkan arya untuk menjadi kekasihku. Tapi itu artifasial dan bohongana mustahil , arya hanyalah mimpi bagiku takkan pernah ku memilikinya.
“makasih natasyaaaa..... ini boneka taddy bear buat kamu”
“iya... makasih yaa aka.”
Aku tak menyangka karenanya saya jadian juga sama aka, bertepatan dengan ulang tahunnya. Dia memdiberiku boneka taddy bear berwarna warna pink, Teman-teman aka juga memdiberi memdiberi selamat ke kita berdua. Taman itu menjadi saksi cinta kita berdua.
***
Kejadian kemarin telah berlalu. Kini saya sudah menjadi milik orang lain . saya mungkin sanggup mencar ilmu untuk menyayangi aka, namun mungkin tak sepenuhnya karna saya masih mengharapkan cintanya arya entah hingga kapan.
Baru sehari kami berdua jadian, diberita itu sudah menyebar hingga ke kuping teman-temanku terutama arya. Arya sudah mengetahui kalo saya sudah jadian , arya pun stress berat mendengar kabar tersebut yang datangnya dari eza. Eza yaitu sahabatku sekaligus sahabat dan sahabat curhatnya arya . jadi apapun yang terjadi denganku niscaya eza tau, dan bakal lapor ke arya.
Ponselku tiba-tiba berdering , ternyata ada tlp dari ici sahabatku.
“halo?” sapanya
“iya ci, tumben tlp ada apa?” tanyaku
“gpp, Cuma mau mastiin aja.”
“apa?”
“lo beneran jadian sama aka? Cowok yang sering lo ceritain itu ke gue?.”
“iya ci.”
“selamet ya sayang.”
“eh iya makasih.”
“oh iya, arya udah tau lo jadian?”
“udah, tampaknya dari eza.”
“iya, gue juga tau dari si eza . Kirain itu boongan ternyata beneran.”
“iya, itu artifasial dan bohongana bener. Gue jadian kemaren tanggal 26 pas ulang tahunnya ci.”
“hmmm... lo udah tau kalo arya nyusul jadian sehabis lo jadian sama aka?”
“apa..?” Aku tersentak kaget . tak sengaja ponselku ku banting ke arah tempat tidur, dan untungnya tidak ke lantai, ku ambil lagi dan kudengarkan apa yang gotong royong terjadi.
“halo sya?”
“ya maaf, tadi hp gue jatoh. Gue kaget abisnya.” Jantungku tiba-tiba saja terasa sesak dan sakit entah kenapa , saya tak mengerti
“jadi gini, hari ini arya jadian sya”
Deeeg......serangan itu kembali ada
“gak, gue gak tau? Emang ia hari ini jadian? Sama siapa?
“sama anak sana yang katanya ibarat sama lo, namanya evina.”
“evina? Semoga ia bahagia.” Ku akhiri percakapan itu , walau singkat tapi menyakitkan bagiku.
sungguh saya tak percaya, dan hari ini tanggal 27, ternyata hari ini jugalah arya jadian sama pacarnya evina. Aku tak mengerti apa maksudnya aray dengan artifasial dan bohongana ini. Ataukah evina yang katanya ibarat denganku itu Cuma sebagai pelampiasannya saja?ataukah arya bener-benar menyayanginya? Entahlah.
Kini artifasial dan bohongananya tlah berakhir, meskipun saya tak mengerti jalan fikirannya arya. Tetapi saya yakin, dihati kecilnya arya meskipun sedikit saja, ia masih menyisihkan tempat untukku dihatinya dan menyimpan namaku dihati kecilnya.. begitupun aku, meskipun saya sudah mempunyai seorang kekasih , dan dialah yang membuatku menyadari. Menunggu itu tidak enak, apalagi orang yang kita tunggu gak pernah mencoba untuk meraih kita.sungguh menyakitkan. Mungkin arya sama sepertiku, menjalani artifasial dan bohongananya tetapi tidak apa yang ia inginkan.
***
Tiba-tiba saja ponselku bergetar ternyata tlp masuk .
“halo?natasya?Sya, hari ini arya mau pulang.”
“pulang?” ternyata sms itu berasal dari sari yang juga sahabat baikku
“iya pulang, padahal ia gres sebentar di jakarta. Malah belom sempet kangen-kangenan kan sama lo? Eh tapi gak deh lo berdua kan udah sama-sama punya pacar. Tapi gue sih yakin niscaya lo berdua masi saling ngarepin iya kan?”
“gak usah nyindir gitu deh sar.”
“haha.. iya maaf” sari tertawa pelan
“oh iya , lo tlp gue Cuma mau ngasi tau kalo ia pulang?’’
“yaa.. gue murung banget ia hars pulang dan katanya gak akan balik lagi.”
Deeegggg........... tiba-tiba saja air mataku mulai jatuh perlahan sehabis mendengar kabar itu dadaku terasa sesak dan ketika ini susah untuk bernafas
“syaa?” panggilnya
“natasya? Lo gak apa-apa kan? Diem aja?”
‘’eh iya sorry apa tadi yang lo bilang, gue gak denger.”
“arya mau pindah dan tinggal di lampung selama 3 tahun. Dia gak akan balik lagi dan pastinya rumahnya yang disini mau di kontrakin.”
“apa?”
“iya bener, eh udah dulu yaa byee..
Sari mengakhiri percakapannya , saya tak mengerti dengan artifasial dan bohongana ini.. lagi-lagi arya pergi dan ninggalin saya untuk kedua kalinya, tapi ini berbeda ia gak akan kembali. Ini artifasial dan bohongana tak mungkin. Ku putar lagu pasto saya niscaya kembali, dan lagu itu yang menjadi lagu kita berdua dulu. Teringat saya dan arya sering menyanyikan lagu itu berdua.. di pekarangan sekolah sambil memainkan gitar
Reff : saya hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku niscaya kan kembali, pada dirimu.. tapi kau jangan badung, saya niscaya kembali..
aku niscaya kembali.........
***
Pukul 06.00 pagi,
Aku terbangun dari tidurku, saya tak sanggup berhenti menangis tadi malam, mungkin sebabnya mataku sembab dan layu ibarat ini. saya tak mengerti mengapa saya menangisinya. Aku tak mengerti apa yang ku tangisi. Cintanya? Ataukah karna arya yang ingin pergi? Entahlah..aku tak mengerti..Seharusnya saya seneng arya pergi dan gak akan kembali lagi, tapi apa nyatanya? Aku malah ibarat ini, seharusnya saya sadar saya sudah mempunyai seseorang kekasih begitupun arya.... Aku juga tak mengerti perasaanku gelisah tadi malam, tadi malam saya juga melihat arya tapi saya , saya tak ingat ia ada di mimpiku? Atau ia tiba tadi malam. Yang ku ingat ia tiba menggunakan baju putih dan ia tersenyum padaku, ia memegang tanganku dan berbisik. Jangan sedih, karna arya akan selalu ada dihati kamu. Dan kau selalu ada di hati arya.. mungkin arya gak akan pernah kembali.
Dret..dret.. hp ku berdering, ternyata ada tlp dari eza saya pun cepat-cepat mengangkatnya..
“sya, udah bangun??’’
“ada apa?gue gres aja bangun.”
“lo udah tau kan arya pergi?”
“iya , gue udah tau dari sari ia yang ngasih tau gue kemaren malem.”
“suara lo kenapa?”
Mungkin suaraku begini yaitu jawaban tangisanku tadi malam , saya tak sanggup tidur.. hanya arya yang saya fikirkan tadi malam.
“hah? Suara gue? Gpp, gue lagi sakit tenggorokan biasalah radang.
“bohong, lo niscaya abis nangis ya?”
“enggak.” Aku memang berbohong sama eza, karna saya tak ingin kawatir.
“ada apa tlp gue pagi-bagi begini? Tumben?’
“iya, gawat sya penting gawat. Arya barusan aja masuk rumah sakit.”
“apaaa?” saya tersentak kaget dan mataku kini sudah tak mengantuk lagi
“iya udeh lo cepetan mandi. Cepet nanti lo gue anter kerumah sakit gue jemput.”
Aku segera mengakhiri tlp, saya bergegas untuk mandi. Dan sehabis saya selesai mandi, dan siap untuk berangkat , tiba-tiba saja terdengar bunyi motor depan pagar rumahku, ku lihat dari jendela ternyata itu eza, saya cepat keluar dan pamit tidak sempet sarapan pagi
“za, ceritain ke gue plis.”
“udah cepet naik , nanti gue ceritaiin di jalan.”
Aku segera naik dan meninggalkan rumah. Aku pergi dengan hati yang cemas, selama di perjalanan saya hanya diam dan diam.
‘’sya, jangan diem aja .”
“jelas aja gue diem.”
‘‘ini yaitu bukti kalo lo masih sayang banget sama arya, iya kan?”
“gak. Gue Cuma khawatir” kataku ngeles
“Khawatir? Kalo lo Cuma kawatir, gak akan lo mau pagi-pagi kaya gini disuru kerumah sakit buat liat keadaan arya, padahal lo sendiri udah punya cowok. Tapi lo sendiri malah ngawatirin arya di banding pemuda lo”
“jelasin ke gue kenapa arya?”
Hening........ saya tak mengerti kenapa suasana menjadi hening.. keadaan pagi yang dingin ini menusuk tubuhku
“eza?’’ panggilku
“eza, arya kenapa?’’ panggilku sekali lagi cemas
“dia... dia.. “
“dia? Dia kenapa zaa.”
Eza tak juga menjawabannya, sehabis setengah jam di perjalanan, tak terasa kita sudah hingga dirumah sakit. Setelah eza memarkirkan motornya, saya dan eza eksklusif pergi menuju ruang kamar tempat arya dirawat. Aku dan eza melihat teman-temanku sudah rame dan berkumpul di ruang kamar arya, saya tak mngerti mereka artifasial dan bohongana menangis hingga isek-isekan. Apa yang terjadi? Aku tak mengerti . tiba-tiba saja ditengah kerumunan mereka yang sedang menangis, saya melihat seseorang menggunakan baju putih keluar dari arah pintu kamar rumah sakit tempat arya dirawat. Aku diam dan tak menghampiri seseorang itu. Ku lihat eza sudah tidak ada disampingku. Aku ibarat mengenalnya, wajahnya pucat, lesu, dan ia tersenyum kepadaku. Dia itu arya? Apa ia itu arya? Dia tersenyum padaku? Tapi saya heran mengapa mereka artifasial dan bohongana masih menangis? Sedangkan arya? Dia gres saja kluar dari arah pintu dan tersenyum padaku.... tiba-tiba saja ketika saya ingin menghampiri seseorang itu, seseorang itu hilang? Hilaaaang????? Iya, tiba-tiba saja hilang. Aku tak mengerti kemana bayangan itu pergi.
“natasyaaaa..... “ tiba-tiba ici menghampiriku dan memelukku
“ada apa? kok lo nangis?” tanyaku heran, ici masih saja menangis di pelukanku
“arya syaaa... arya.....gue gk percaya dengan artifasial dan bohongana ini, padahal waktu kemaren kita abis ngmpul bareng.. gue gsk percaya!”
“arya kenapa? Dia baik-baik ajakan? Barusan gue liat ia keluar kamar dan ia senyum sama gue, tapi anehnya ia eksklusif pergi dan hilang gitu aja pas gue mau nyamperin dia.. yaa.. barusan .” kataku polos tak mengerti
“apa? “ ici menatapku
“iya seius gue gak boong tuh barusan ia kesana” saya memberikan ke arah bayangan itu pergi
“arya itu udah gak ada natasya, ia pergi ninggalin kita artifasial dan bohongana.. bukan untuk pergi dan tinggal di lampung, tetapi ia pergi untuk selamanya.”
“gue gak ngerti, jelas-jelas gue barusan liat dia.”
“ikut gue,” di tariknya tanganku masuk ruang kamar arya
“lihat,dia udah gak ada, gue gak sanggup dengan artifasial dan bohongana ini.”
“aryaaaaa... saya menghampiri arya yang terbaring lemas dan kaku, juga pucat dan tangannya begitu dingin.”
“arya, bilang ke gue kalo ini gak bener. Aryaaa buka mata lo, bilang kalo ini gak bener. Kenapa lo gak mau buka mata lo , aryaaa plis.” Aku tak sanggup menahan tangis
“arya, plissss arya gue mohon, jangan ninggalin natasya dengan cara ibarat ini natasya gamau ditinggal arya, natasya sayang banget sama arya. Arya bilang, kalo ini bohong, tangan arya dingin banget, arya sakit? Arya kedinginan? Tadi arya gres aja senyum ke natasya aryaaa bangun.”
Saat itu saya tak sanggup menahan tangis, tangan arya ketika itu dingin banget artifasial dan bohongana itu sanggup ku rasakan. Tetapi dokter eksklusif membawanya, ku lihat terakhir kali arya tersenyum padaku, ini mimpi? Katakan ini mimpi padaku.
“natasya?’’ seseorang menarik tanganku, entah itu siapa ia eksklusif memelukku
“ikhlasin ia natasya, ia udah gak ada jangan menangis terus, ikhlasin dia.”
Aku tak sanggup menahan tangis, saya kini lemah, saya tak sanggup apa-apa dengan kenyataan pahit ini. batinku
“ikhlasin ia natasya, ini artifasial dan bohongana demi kebaikannya.” Aku masih terhanyut dalam susana dan juga didalam pelukan seseorang itu, kadab saya membuka mata ternyata seseorang itu yaitu aka, pacarku yang juga ada disana.. menyaksikan itu artifasial dan bohongana
“ayok kita keluar, aka jelasin artifasial dan bohongananya.”
Teman-temanku masih saja menangis, dan juga ku lihat eza tampaknya ia juga sangat terpukul. Aku mengerti perasaan eza, dan juga teman-temanku artifasial dan bohongananya.
Ternyata, aka membawaku ke kursi taman belakang rumah sakit.
“aka udah denger artifasial dan bohongananya sayang.”
“maafin natasya, maafin natasya.” Kataku pelan
“gk usah minta maaf, justru aka yang minta maaf sama kamu. Mungkin kalo kau denger ini artifasial dan bohongana kau nantinya bakalan benci dan murka sama aka, pacar kamu.”
“kenapa kau ngomong gitu?” tanyaku tak mengerti
“kamu tau? Kamu ingat 6 bulan yang kemudian pas arya pergi ninggalin kau tanpa pamit?”
“iya saya ingat?”
“dia itu pergi ninggalin kau karna ia sakit, bukan karna ia sekolah di pesantren juga. Dia Cuma nyari alesan yang masuk akal.Selama itu ia pergi untuk berobat kesana-sini. Tapi itu artifasial dan bohongana gagal. Pengobatan itu sempat berhasil, tetapi tidak berlangsung lama.”
Hening..... aka melanjutkan ceritanya
“selama ia pergi untuk tinggal di lampung, ia bilang kalo ia pindah ke pesantren.. padahal tidak sayang.. ia pergi bersama orang tuanya untuk berobat. Dia punya penyakit jantung. Kemaren pas kau main sama ia sama teman-teman kau ,mungkin ketika itu keadaan arya sudah pulih tetapi , arya drop dan harus pulang dan pindah ke lampung selama 3 tahun untuk menjalani pengobatan. Orang tuanya arya terpaksa pindah kesana, karna mustahil bolak-balik dengan kondisi arya ibarat itu lampung-jakarta itu tidak mengecewakan jauh.”
“selamaya 6 bulan, arya menitipkan kau ke aku. Karna saya sahabat baik arya semenjak kecil. Hanya saya yang tau ihwal penyakitnya,selain keluarganya sel. Maafkan aku, natasya... seharusnya dari awal saya jujur sama kamu. Pas kita jadian tanggal 26 kemarin, arya mengetahui kabar itu. Awalnya saya gak lezat sama dia, tapi saya bener-bener sayang dan tulus sama kau itu artifasial dan bohongana saya lakuin untuk ngejagain kamu. Pas arya tau kita jadian, ia pesen sama saya , supaya kau suatu ketika nanti ia udah gak ada, kau harus sanggup ngikhlasin dia. Ini artifasial dan bohongana demi kebaikannya natasya.ini artifasial dan bohongana udah ada yang ngatur”
“Tadi saya juga menemaninya sbelum janjkematian menjemputnya. Dia berpesan padaku sayang, katanya ia minta maaf sama kau dan teman-teman kau juga. Karna ia gak mau buat kau murung juga artifasial dan bohongananya. Tadi saya juga udah kisah ke artifasial dan bohongana teman-teman kau dan tadi saya suruh eza jemput kamu. Maafin saya terlambat ngasih tau kamu.”
Tangisku semakin tak terkendali, saya tk sanggup menahan artifasial dan bohongananyaa.... ini artifasial dan bohongana telah berakhir, dan akupun kini harus membuka hatiku untuk orang lain
“ saya gak murka sama kamu, saya juga ngerti kalo contohnya saya ada di posisi kau ketika itu. Aku ikhlasin , walaupun saya masih sakit dan sangat terpukul.”
“ya, seharusnya kau bersikap ibarat itu sayang, itu artifasial dan bohongana udah yang kuasa yang atur. Kita sebagai umatnya hanya sanggup sabar, ikhlas, dan menerima.”
Tuhan... jikalau ini artifasial dan bohongana sudah menjadi jalan takdirku,aku tulus Tuhan...
Tabahkan saya , diberilah tempat yang nyaman disana buat Arya Tuhan...
Sayangi dia, dan meskipun Arya sudah tidak ada di dunia ini. tapi saya masih tetap menyayanginya... hingga nanti ku menutup mata...
Cerpen Cinta: Darahku dan Cintamu
BRIAN menelusuri hiruk pikuk toko emas. Mata Brian melirik ke kiri dan kanan, mencoba mengingat toko emas yang dikunjunginya dua bulan kemudian untuk menciptakan cincin lamaran ke Tania. Toko Sinar Emas. Ya, Brian melihat lagi toko emas itu dan meyakinkan langkahnya untuk masuk ke dalam toko.
Brian menarik nafas panjang dan mengeluarkan kotak cincin dari saku celananya. Ingatan Brian kembali tertampar ketika membuka kotak cincin diberisi cincin emas buat Tania. Cincin emas yang Brian beli ketika mendapatkan honor pertama sebagai seorang pegawai negeri sipil. Cincin sederhana untuk melamar Tania menjadi pendamping hidup dan calon ibu dari anak-anaknya, kelak bersamanya. Namun tak pernah muncul difikiran Brian kalau orang yang ia cintai empat tahun lamanya menolak lamarannya. Dengan alasan, belum siap berjalan diberiringan melewati rumah tangga dengan penghasilan Brian yang pas-pasan. Tania ibarat menampar wajah Brian dengan bola api kehidupan yang begitu kepanasan, memperabukan artifasial dan bohongana asanya. Lalu Tania pergi meninggalkan hati Brian yang remuk dan berlenggang dengan cantiknya, mencari ambisinya menjadi seorang model. Terlalu sakit ketika mengingat simpulan kisah dengan Tania dan cincin itu begitu menyesakan dada Brian. Kini Brian kembali pada toko emas. Hanya untuk memmembuang artifasial dan bohongana asa yang telah hangus terbakar rasa kecewa. Dengan hati yang sangat berat, ia jual kembali cincin cintanya—selama empat tahun—pada Koko Lim yang berbadan putih tambun. Brian pergi secepat mungkin meninggalkan Toko Sinar Emas.
Belum cukup lima belas menit, otaknya di gerogoti kenangan bersama Tania. Kadab ia bilang, “Mas nanti kalau kita berumah tangga saya ingin mempunyai dua orang anak. Aku mau anak pertama seorang laki-laki dan anak kedua wanita. Saat mas libur kantor, kita jalan ke Kawah Putih kemudian traveling ke Raja Ampat.” Semua tawa, manja dan suaranya menarik hati ingatan Brian. Dia putar kembali sepeda motornya menuju Toko Sinar Emas. Brian berlari secepat mungkin ke toko itu untuk mengambil kembali kenangannya yang gres dijual. Namun dada Brian semakin sesak, ketika cincin itu sudah tidak terpajang pada etalase toko milik Koko Lim.
“Ko...Maaf cincin yang barusan saya jual itu sanggup ku beli kembali?” tanya Brian dengan nafas yang masih belum beraturan.
“Haiya, kau olang ini bagaimana, balu jual sekalang mau beli lagi, cincin kau sudah laku.” Koko Lim berbicara dengan dialek ajaib mengganti abjad R menjadi L.
“Kalau begitu saya minta nomor telepon pembelinya Ko, sanggup kan?? Aku mohon Ko...,” pinta Brian dengan memelas.
Melihat wajah Brian penuh dengan raut nasib tak terang dan aura kesedihan yang mungkin terpancar, sanggup dibaca oleh Koko Lim. Dia memdiberi Brian nota karbon diberisi nama dan nomor handphone pembeli cincin kenangannya.
***
Otak Brian masih berfikir apa yang harus ia bilang pada pemilik gres cincinnya itu. Bagaimana kalau ia tak ingin menjualnya kembali pada Brian. Semua pertanyaan itu muncul tanpa sanggup Brian jawaban. Lalu Brian memberanikan diri menekan nomor handphone—yang ada pada nota pembelian—yang didiberikan Koko Lim padanya. Terdengar nada sambung dari balik handphone Brian dan tak usang kemudian bunyi merdu itu menyapanya.
“Hallo, Assalamu Alaikum!” suara itu menyapa.
“Walaikum salam, maaf benar ini dengan mbak Chika?” tanya Brian, sedikit gugup.
“Oh iya benar ini siapa yah, mas?” suara itu balik bertanya.
Brian mencoba untuk menceritakan artifasial dan bohongana yang terjadi pada dirinya dan cincin kenangan itu. Berharap ia sedikit iba dan mau menjual kembali cincin asanya bersama Tania. Brian tak tahu apa yang ada dalam fikiran Chika. Ia hanya meminta Brian untuk tiba ke perumahan elit di daerah Jakarta Selatan. Lalu Brian memacu secepat mungkin motornya, bagaikan seorang pembalap F1 yang berlaga di sirkuit.
Tepat sejam Brian hingga depan rumah Chika, rumah yang sangat glamor berdasarkan Brian. Dia disambut oleh satpam rumah yang berwajah bernafsu namun sangat bersahabat, mengantar Brian masuk menemui tuan rumahnya. Brian menunggu Chika diruang tamu yang megah. Brian melihat foto keluarga terpajang dengan ukuran besar di dinding. Terlihat seorang laki-laki setengah baya mengenakan setelan jas begitu berwibawa. Sangat terlihat kalau ia seorang pemimpin dan sempurna berdiri disampingnya, perempuan anggun mengenakan kebaya berwarna senada dengan gadis imut yang duduk sendiri pada foto mereka. Brian pastikan itulah Chika, gadis yang membawa Brian hingga dirumah ini.
“Kakak Brian, ya?” suara lembut itu mengalihkan penglihatan Brian pada foto keluarganya.
“Iya,” jawaban Brian simpel sambil membalas senyuman manisnya.
Brian tak berani menatap mata Chika yang cantik, jantungnya diberirama ibarat gendang dangdutan. Lalu Brian melihat dijari manis Chika. Ia menggunakan cincin kenangan Brian, yang seharusnya melingkar pada jari manis Tania bukan jari manis Chika. Ingin rasanya segera melepaskan cincin itu dari jari manis Chika.
“Kakak Brian menginginkan cincin ini kembali?” tanya Chika sambil memamerkan cincin itu dijari manisnya.
“Iya, Ka. Aku kesini memang untuk cincin itu. Aku akan beli berapapun yang kau minta, tapi kalau boleh jangan terlalu mahal,” jawaban Brian sedikit memaksa.
Chika menggeleng. “Aku tidak butuh uang kakak. Aku cuma butuh waktu abang dua ahad menemaniku kemanapun yang saya mau. Setelah itu abang Brian boleh mengambil kembali cincin kakak. Bagaimana?”
Brian bingung. Dia menolak permintaan Chika yang aneh, “Tapi saya kerja, saya punya tanggung jawaban dengan pekerjaanku.”
“Seminggu abang ambil cuti dan seminggu lagi abang temui saya tiap pulang jam kerja,” kembali Chika menjelaskan permintaannya.
Brian tahu Chika punya uang ludang kecepeh dari yang ia miliki. Dia mustahil menukar cincinnya dengan uang. Dalam hati Brian bertanya, “Kenapa harus saya yang menemaninya?” Permintaan yang harus Brian terima dan menelannya ibarat pil pahit, dicekok kedalam mulutnya secara paksa.
Cerpen "Cinta yang tak diduga"
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Namaku Nisa. Kini saya telah duduk di kursi SMA. Meninggalkan kenangan yang telah lalu. Kenangan yang mungkin menyakitkan, lantaran cintaku bertepuk sebelah tangan. Cinta pada orang yang tak pernah mengerti jalan pikiranku, Teuku Ryzki namanya,panggil saja ia Kiki. Mungkin memang salahku, lantaran saya berasumsi ia membalas cinta itu. Ternyata tidak, saya hanya sanggup asa-asa kosong ibarat kopi tanpa gula.
Tak ku sangka diriku begitu praktis mencintainya. Mencintai orang yang tak pernah mempedulikan aku. Tanpa letih saya berjuang, tapi tak ibarat perjuanganku yang ku terima. Sia-sia sudah ini artifasial dan bohongana. Karena Kiki saya jatuh. Karena ia pula saya terpuruk. Sakit begitu rasa yang telah membekaskan luka ini. Hidup ibarat tak berguna lagi bagiku. Tetesan air mata mengalir di pipiku. Membasahi wajah suram tersapukan desir angin. Aku sadar bahwa hidupku bukan untuk ia dan hidup ia bukan untukku. Aku Fikir masih ada sejuta jiwa yang sanggup mencintaiku dengan tulus.
Hari-hari saya menjalani ini, memang susah untuk melupakannya. Dia begitu berarti bagiku. Padahal belum tentu ia memikirkan perasaanku. Tapi, saya yakin bahwa saya sanggup mendapatkan penggantinya. Yang niscaya orang yang ludang kecepeh sanggup mengerti aku,yang ludang kecepeh baik dari pada dia.
Hari pertama di Sekolah Menengan Atas membuatku bimbang. Bimbang akan keyakinanku sanggup melupakannya. Tapi ada satu hal yang membuatku teguh. Yaitu Aldi, ia sahabat baikku. Yang selalu menemaniku ketika senang maupun sedih. Setiap hari ia membangun semangatku semoga tetap berjuang. Agar saya tak terpuruk dalam kehampaan hati ini.
Hari itu juga saya berkenalan dengan seorang perempuan anggun yang berjulukan Steffi. Pelaksanaan ospek yang sangat menantang ini membuatku takut. Ada majemuk perintah disuruh bawa benda yang tidak terang namanya. Ada banyak sahabat seangkatanku yang dieksekusi lantaran tdk memenuhi perintah panitia ospek. Ada yang disuruh mencium tanah berair ada juga yang disuruh nari gangnam style. Memang seru, tapi bagiku tak pernah seru tanpa Kiki. “mbb.. sudahlah lupakan saja Kiki. Lupakan! Lupakan! Lupakan!” gumamku di depan cermin toilet sekolah. Akhirnya ospek selesai, dan bebas dari benda-benda ajaib yang harus dibawa maupun bebas ari panitia ospek yang rata rata sudah tidak punya rasa ke peri kemanusiaan.
Awal-awal pembelajaran, rutinitas sekolah hanya perkenalan diri. Karena kelas laki-laki dengan perempuan dipisah, Aldi tak sekelas denganku. galau sih, soalnya gak ada temen curhat. Tapi saya juga mendapat sahabat di kelasku namanya Nita dan ada Steffi pula. Mereka cukup baik, dan ramah. Aku menceritakan artifasial dan bohongana ihwal Kiki dan Aldi, dan membuktikan Aldi pada mereka.
Ternyata, Steffi eksklusif naksir dengan Aldi. Karena itu saya bermaksud mau nyomblangin mereka. Setelah beberapa ahad mereka pdkt,Aldi bilang ke aku, bahwa ia juga naksir dengan Steffi. Dan karenanya mereka jadian. Tapi yang terjadi malah tak ada lagi yang kasih semangat buat saya untuk bangkit. Mungkin Aldi sudah melupakan aku. untuk kedua kalinya saya harus jatuh. Jatuh lantaran dua orang yang penting bagiku sudah pergi meninggalkanku.
Tak peduli apa yang telah terjadi, tiba-tiba saya menjauhi Steffi. Tak tau kenapa, saya murka padanya. Berhari-hari saya tak bersama Steffi lagi. Sampai karenanya saya mengerti, tak perlu murka lantaran alasan tak jelas. Dan meminta maaf pada Steffi lantaran sudah menjauhinya.
Ternyata Steffi dan Aldi sudah putus beberapa hari yang lalu. Terkejut pula, kadab mendengar diberita itu. Tak tau kenapa mereka putus. Mungkin lantaran Steffi sudah punya pacar lagi. Tak mengapa kalau mereka putus, tapi saya kasihan dengan Aldi. “Bagaimana perasaannya sekarang?” gumamku penuh ke khawatiran. Aku menghubunginya berulang kali tapi tak pernah ada jawabanan.
Walau bagaimanapun ia sahabat baikku. Kini waktunya saya yang menjadi tempat curhat untuk dia. Beberapa hari Aldi mematikan ponselnya. “Mungkin sehabis perasaannya reda ia akan menyalakan ponselnya lagi.” Pikirku. Ternyata memang benar, sehabis tiga hari ponselnya gak aktif, ia menghubungiku. Dia curhat denganku ihwal Steffi. Tak ku sangka, gres kali ini saya melihat Aldi bersedih hingga begini.
Sekarang Aldi telah berubah, tak seceria dulu lagi. Dia terlanjur suka dengan Steffi. Sedangkan Steffi hanya naksir dan kagum saja dengan Aldi. Waktu itu, Aldi mulai menjauhiku. Karena Steffi atau bagaimana saya tak tau pasti. Yang jelas, ia menjauhiku. Dia satu-satunya orang yang sangat mempedulikan aku. tapi kini Ia sudah pergi.
Hari-hariku semakin hampa tanpa Aldi. Aku tak mengerti apa yang saya rasakan. Kehilangan Aldi ludang kecepeh menyakitkan daripada kehilangan Kiki. “Aldi, saya mohon jadilah dirimu yang dulu. Aku butuh kau Ald.” Batinku.
Aku sadar akan ini artifasial dan bohongana. Ada yang berbeda dari perasaanku. “Apa yang saya pikirkan, Nisa, Nisa, jangan, kau gak boleh jatuh cinta sama Aldi. Dia itu sahabat kau sendiri. Dan ia itu sukanya sama Steffi, gak sama kamu. Sadar Nisa, sadar!” ucapku pelan memukulkan tangan ke bantal.
Semakin usang Aldi menjauhiku. Ada apa dengannya, Dia tak ibarat biasa. Aku ingin Aldi yang dulu. Tapi artifasial dan bohongana sudah terlambat. Andai saja saya tak pernah buat Aldi dekat dengan Steffi. Pasti Aldi akan tetap di sampingku. Tetap menjadi sahabat baikku. Dan sekarang, sudah tak ada kemungkinan lagi Aldi peduli denganku. Apa lagi, suka sama aku. tak mungkin, sudah Terlambat.
Meletihkan menyimpan perasaan ini sendirian. Perasaan yang begitu menyakitkan. Membuat jiwaku mati. Walau mungkin, tapi begitu kecil kemungkinannya. Aku menyimpannya, menyimpan perasaan ini hingga awal semester 2 kelas XI. Berhari-hari saya hanya sanggup memohon kepada-Nya. Memohon semoga Aldi ibarat lampau lagi. Berulang kali saya ingin menyampaikan ini padanya. Tapi saya masih ragu akan reaksinya, jikalau ia mengetahui sebenarnya. Dan sifat Steffi yang selalu ajaib kadab saya dekat dengan Aldi.
Karena itu saya mengurungkan keinginanku untuk menyampaikan yang sebenarnya. Tapi suatu hari nanti akan ku pastikan ia tau artifasial dan bohongana ihwal perasaanku. Entah kapan itu terucap saya tak tau.
Selama hampir dua tahun saya menahannya. Menahan akan amarah yang mendorongku untuk mengungkapkannya. Walau saya masih dekat dengan Aldi tapi kini ia selalu bercerita ihwal Steffi. “Sakit” ya memang sangat “sakit” bahkan, tapi apa boleh buat. Aku tak sanggup berbuat apa-apa.
Dia pernah menyampaikan padaku bahwa ia akan selalu menunggu Steffi walau Steffi mempunyai incaran lain. Jleebbb, menancap begitu dalam di hatiku. Waktu itu sempurna pada ulang tahun Kiki. Aldi hanya mengejekku lantaran saya tak bertemu dengan Kiki ketika hari ulang tahunnya. Padahal saya tak pernah berharap untuk itu. Bahkan sebaliknya.
“Aldi, saya sukanya sama kamu. Bukan sama dia. Tapi mengapa? Mengapa kau gak pernah mencicipi ini? Aku mencintaimu Aldi” batinku menangis membaca sms Aldi. Hanya itu yang saya rasakan kadab dekat dengan Aldi.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini sudah bulan Maret, saatnya memperpadat waktu belajar. Pertengahan Bulan Maret ini, tepatnya tanggal 12 Maret 2013. Aku meminta kepada Aldi untuk tak menghubungiku lagi, lantaran kini Steffi suka lagi dengannya. Alasanku singkat, yaitu saya tak mau merobohkan silaturahmi ku dengan Steffi. Tapi Aldi tak mau melakukannya. Tiba-tiba Aldi menanyakan perasaanku kepadanya. Jelas sekali saya eksklusif terkejut. Tapi saya resah akan menyampaikan apa. Aku bimbang antara sahabat atau orang yang saya cintai.
Aldi terus saja menanyakan itu. Dan karenanya saya menyampaikan artifasial dan bohongananya, artifasial dan bohongana yang saya rasakan. “Iya, saya suka sama kamu. PUAS??!” smsku yang saya kirimkan padanya. Dia membalas sms itu dengan bahasa lembutnya yang sering ia gunakan dulu. “Nisa, apakah kau gak pernah mencicipi artifasial dan bohongana ini. Semua yang saya lakukan itu hanya untuk membuatmu tersenyum. Aku jadian dengan Steffi pun lantaran saya kira jikalau kau bahagia. Andai saja kau mengatakannya dari awal. Aku tak akan membuatmu bersedih ibarat ini. Aku sayang kau Nisa, jauh sebelum kau bersama Kiki” pesan manisnya.
Ternyata dugaanku selama ini salah. Aku kira Aldi masih suka dengan Steffi. Tapi itu meleset, dan ternyata Aldi menyukaiku. Air mataku pun menetes perlahan membasahi pipiku. Steffi ternyata sudah punya pacar yaitu Iqbaal. Akhirnya saya dan Aldi membuka lembaran gres di dalam hidupku.
Karya : Qonita Sri P (Ninit)
Demikianlah yang sanggup admin sajikan mengenai Kumpulan cerpen cinta gampang-gampangan mata anda tidak kebanjiran walaupun kebanjiran yang perting anda artifasial dan bohongananya senang kadab membacanya. Terimakasih semoga berkhasiat.
Advertisement